Minggu, 24 Maret 2013





FILSAFAT SRILA PRABUPADA
MATA KULIAH
DARSANA

DOSEN : NI NYOMAN SUDIANI, SE.,S.Pd.H.,M.Fil.H


Kelompok 10 :
1. KETUT SUDIRTHA         ( NIM: 1109.00.0948)
2. SRI MARYANI        ( NIM: 1109.00.0968)


STAH DHARMA NUSANTARA JAKARTA
2013



KATA PENGANTAR

Om swastyastu,

            Dengan menghaturkan asungkerta waranugraha kehadapan Ida Sang Hyang Widhi Wasa, akhirnya penulis dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Filsafat Srila Prabupada”, dimana penulis berusaha membuat dengan kemampuan penulis serta menggunakan sumber-sumber teks yang berkaitan dengan Makalah ini.

            Penulis mengucapkan terima kasih kepada Ibu Ni Nyoman Sudiani, SE.,S.Pd.H.,M.Fil.H selaku dosen mata kuliah Darsana dan  teman-teman seangkatan  yang telah membantu memberikan saran demi kelancaran dan selesainya makalah ini. Sehingga membuka wawasan serta cakrawala penulis. Dan tidak kalah pentingnya penulis puji syukur  kepada Sang Hyang Widhi Wasa yang telah membimbing dan menuntun jalan hidup penulis.

Makalah ini walaupun sudah selesai namun penulis yakin masih ada kekurangan sehingga penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari semua pihak yang membaca makalah ini, sehingga menjadi tulisan yang sempurna dan dapat berguna untuk kepentingan umat Hindu secara umum dan ini bisa menjadi sumber bacaan  yang berguna bagi perkembangan umat Hindu kedepannya.

            Om shanti, shanti,shanti om.


Jakarta, Maret 2013


                               Penyusun







DAFTAR PUSTAKA

Kata Pengantar           ............................................................................................. i
Daftar Isi         ......................................................................................................... ii
Bab I Pendahuluan     ............................................................................................. 1
I.1. Latar Belakang     ............................................................................................. 1
I.2. Rumusan Masalah                        ................................................................................. 1
I.3. Sistematika Penulisan       ................................................................................. 1
Bab II Pembahasan     ............................................................................................. 3
II.1. Riwayat Srila Prabupada                        ..................................................................... 3
II.2. Pandangan Srila terhadap Brahman        ......................................................... 5
II.3. Pandangan Srila Terhadap Jiwa  ..................................................................... 8
II.4. Pandangan Srila Terhadap Alam Semesta          ............................................. 10
II.5. Pandangan Srila Terhadap Pembebasan Diri      ............................................. 11
Bab III Penutup          ............................................................................................. 13
III.1. Kesimpulan        ............................................................................................. 13
Daftar Pustaka                        ............................................................................................. 14



BAB I
PENDAHULUAN

I.1. LATAR BELAKANG
Filsafat merupakan pencarian rasional ke dalam sifat Kebenaran atau Realitas, yang juga memberikan pemecahan yang jelas dalam mengemukakan permasalahan-permasalahan dari kehidupan ini, di mana ia juga menunjukkan jalan untuk mendapatkan pembebasan abadi dari penderitaan akibat kelahiran dan kematian. Dalam agama Hindu juga memiliki filsafat yakni darsana. Filsafat Hindu memiliki nilai yang sangat luhur, mulia, khas dan sistematis, yang didasarkan atas pengalaman spritual mistis.
Srila Prabupada adalah ahli waris dalam garis perguruan langsung dari Caitanya. Beliau juga merupakan pendiri Internasional Society for Krishna Consciusness. Srila Prabupada mempunyai pandangan-pandangan terhadap Brahman, Jiwa, Alam semesta dan pembebasan/moksa. Menurut beliau Brahma adalah makhluk hidup pertama. Jiwa merupakan makhluk hidup yang mempunyai tiga unsur spiritual yang menyusunnya. Alam semesta merupakan konsep ruang dan waktu. Pembebasan diri merupakan pembebasan dari ikatan duniawi dan menuju ke ikatan rohani.

I.2. Rumusan masalah
Berdasarkan latar belakang diatas maka penulis merumuskan masalah sebagai berikut:
1. Bagaimana Riwayat Hidup Srila Prabupada?
2. Bagaimana pandangan Srila Prabupada terhadap Brahman, Jiwa, Alam Semesta dan Pembebasan diri?

I.3. SISTEMATIKA PENULISAN
Kata Pengantar
Daftar Isi
Bab I Pendahuluan
     Latar Belakang
     Rumusan Masalah
     Sistematika Penulisan
Bab II Pembahasan
Riwayat Hidup Srila Prabupada
Pandangan Srila terhapap Brahman
Pandangan Srila terhadap Jiwa
Pandangan Srila terhadap Alam Semesta
Pandangan Srila terhadap Pembebasan Diri
Bab III Penutup
Kesimpulan
Daftar Pustaka



























BAB II
PEMBAHASAN

II.1. Riwayat Hidup Srila Prabupada
     Srila Prabupada adalah putra dari seorang pedagang kain yaitu Gour Mohan De dan Ranjani. Srila Prabupada lahir pada tanggal 1 September 1896 dengan nama Abhay Charan De. Ayah Abhay adalah seorang penganut Vaisnava strict. Beliau membesarkan Abhay dalam lingkungan sriritual yang ketat. Abhay selalu menyaksikan ketulusan bhakti ayahnya dalam melakukan pemujaan kepada Krishna. Abhay dididik untuk menjadi seorang pengajar Bhagavatam. Abhay kecil selalu disibukkan dengan pelajaran bhakti dan berbagai alat musik tradisional. Sesuai dengan tradisi Benggali, orang tua Abhay meminta seorang ahli perbintangan/astrolog Veda untuk mengalkulasi horoskop sang anak. Sang astrolog membuat sebuah prediksi spesifik dengan mengatakan bahwa ketika anak tersebut mwncapai usia tujuh puluh tahun (70 tahun), ia akan menyeberangi samudera, menjadi seorang pengajar agama yang besar, dan mendirikan 108 kuil.
     Di seluruh India Utara. Sri Krishna diterima sebagai aspek perwujudan Tuhan yang paling utama oleh mayoritas penduduk. Oleh karena itu, Abhay menyerap kesadaran Krishna sejak kelahirannya. Ayah Abhay sangat religius dan pada tahun-tahun belakangan Prabhupada menyebut ayahnya sebagai “seorang penyembah murni Krishna.” Gour Morgan seringkali membawa putranya ke kuil Radha Krishna dekat rumah, yang dikenal dengan Radha-Govinda Mandir, bahkan sebelum sang anak cukup usia berjalan. Abhay gemar dengan festival Ratha-yatra yang digelar setiap tahun di Calcuta. Ratha-yatra digelar di kota-kota di seluruh India.
     Ketika Abhay berusia sekitar enam tahun, Abhay meminta sebuah arca kepada ayahnya untuk dipujanya sendiri. Selama tahun-tahun kuliahnya, ayah Abhay mengatur pernikahan Abhay dengan memilihkan Radharani Datta, putri seorang keluarga pedagang yang diajak kerjasama. Setelah menikah Abhay dan Radharani tidak tinggal bersama, mereka tinggal bersama keluarga-keluarganya sendiri. Setelah tahun keempat kuliahnya Abhay mulai enggan ,enerima gelar. Abhay telah menjadi simpatisan gerakan nasionalis, yang memperjuangkan sekolah-sekolah nasional dan pemerintahan sendiri. kakak kelas Abhay adalah seorang nasionalis yang menggebu, bernama Subhas Chandra Bose, yang belakangan menjadi pemimpin Tentara Nasional India yang dibentuk untuk meruntuhkan pemerintahan Inggris di India. Abhay tidak berminat pada aktivitas politik, namun idealisme gerakan kemerdekaan menarik minatnya. Abhay tertarik kepada Mohandas K. Gandhi. Ghandi senantiasa membawa Bhagavad-gita dan mengatakan dirinya dibimbing oleh Gita di atas semua buku lainnya.
     Srila Prabupada bertemu dengan guru spiritualnya, Bhaktisidhanta Sarasvati Thakura pada tahun 1922. Pada awalnya Abhay tidak ingin menemui guru spiritualnya, namun seorang kawan Abhay berkeras menyeretnya ke ruangan Gaudya Math, dimana merekan kemudian diantarkan ke balkon ke hadapan Bhaktisidhanta Sarasvati. Bhaktisidhanta mengatakan kepada Abhay dan teman-temannya untuk dapat menyebarkan ajaran Veda ke dunia barat. Untuk menguji Bhaktisidhanta, Abhay mengajukan beberapa pertanyaan kritis. Abhay bertanya, “Siapa yang akan mendengarkan ajaran kerohanian Anda? Kita adalah negara terjajah. Pertama India harus merdeka. Bagaimana kita bisa menyebarluaskan kultur Veda jika kita berada di bawah pemerintahan Inggris?” Bhaktisidhanta menjawab bahwa kesadaram Krishna tidak perlu menunggu perubahan keadaan polotik India, kesadaran Krishna juga tidak bergantung pada siapa yang memegang pemerintahan. Kesadaran Krishna sedemikian pentingnya hingga tidak dapat menunggu. Srila Bhaktisidhanta menyatakan bahwa semua pemerintahan bersifat temporer; realitas yang kekal adalah kesadaran Krishna, an diri yang sejati adalah sang roh. Tidak ada sistem politik buatan manusia yang bisa membantu umat manusia.
     Bhaktisidhanta Sarasvati mengutip ayat-ayat Sanskrta dari Bhagavadgita dimana Krishna menyatakan bahwa seseorang harus meninggalkan segala tugas-tugas dharma lainnya an berserah diri kepada-Nya, Personalitas Tertinggi Tuhan Yang Maha Esa. Srila Prabupada pernah mengatakan bahwa pada malam itu juga sebenarnya beliau telah menerima Bhaktosiddhanta Sarasvati sebagai guru spiritual yang belum seara resmi. Pada tahun 1932 Srila Prabupada diterima secara resmi sebagai murid Bhaktisiddhanta Sarasvati.
     Tiga puluh tahun berikutnya kehidupannya di India dia habiskan untuk menumbuhkan keinginan tunggal dan sekaligus mengikuti perintah gurunya untuk mengajarkan kesadaran Krishna ke seluruh dunia. Isrti Abhay religius di rumah, namun tidak menyukai ide untuk bekerja menyebarkan kesadaran Krishna. Meskipun istri Abhay keras kepala, Abhay tetap sabar dan berusaha mengajaknya.
     Sebagai penjual obat-obatan, Abhay melakukan banyak perjalanan dengan kereta api di India Utara. Abhay tidak berkesempatan bepergian bersama guru spiritualnya atau sering bertemu beliau. Selama empat tahun berikutnya, Abhay hanya berkesempatan bertemu dengan gurunya sekitar dua belas kali saja. Meskipun demikian Abhay sangat akrab dengan gurunya, bahkan disaat murid-murid yang lain segan dan takut berhadapan seperti itu. Prabupada belakangan menceritakan “Kadangkala saudara-saudara segru saya mengkritik karena saya berbicara agak bebas dengan beliau dan mereka mengutip pepatah Inggris yang mengatakan; “Orang bodoh? Ya, mungkin saja, Tapi itulah saya.’ Guru Maharaja senantiasa sangat sayang kepada saya`”
     Suatu hari saat Srila Bhaktisiddhanta berjalan-jalan di tepi telaga suci Radha-kusa bersama Abhay dan beberapa murid lainnya, beliau mulai berbisik secara rahasia kepada Abhay. Beliau mengatakan bahwa beberapa murid seniornya telah berselisih, dan hal ini membuat beliau sangat sedih. Srila Bhaktisiddhanta kemudian secara langsung berkata kepada Abhay, “Saya berkeinginan untuk mencetak beberapa buku. Jika kamu punya uang, cetaklah buku.” Berdiri di tepi Radha kusa dan menatap guru spiritualnya, Abhay merasakan kata-kata ini memasuki lubuk hatinya”
     Srila Bhaktisiddhanta berpulang dari dunia fana ini pada bulan Desember 1936. sebulan sebelumnya Abhay bersurat kepada beliau. Abhay berpikir bahwa sebagai seorang grhasta dia tidak mampu sepenuhnya melayani guru spiritualnya, dan dia tahu apa yang bisa dilakukannya. Berselang dua minggu akhirnya Abhay menerima jawabannya intinya menyatakan bahwa gurunya yakin suatu saat nanti Abhay mampu menjelaskan dan menyebarluaskan ajaran perguruannya dalam bahasa Inggris kepada semua orang yang tidak mampu berbahasa Benggali atau Hindi.
     Dalam pelayarannya ke Amerika, Srila Prabupada mengalami dua kali serangan jantung dan berkali-kali mabuk laut. Karena karunia Guru dan Krishna, Prabupada tiba di Amerika dengan selamat. Atas kegigihannya dalam waktu singkat sejak beliau ada di Amerika sampai akhir hayatnya pada tanggal 14 November 1977, beliau bisa menggaet sangat banyak pengikut dan mendirikan 108 temple dan center. Beliaulah salah satu guru kerohanian yang paling berjasa membawa ajaran Veda ke dunia barat.

II.2. Pandangan Srila Prabupada Terhadap Brahman
     Dewa Brahma bagi Srila Prabhupada adalah mahkluk hidup pertama yang tercipta dan yang menciptakan tuhan/Isvara sebagai kepribadian tertinggi awal tertinggi (Adi Purusha), badan rohninya tersusun dari 3 (tiga) unsur spritual (Saccidanandavigraha) :
·         Sat (kekal)
·         Cit (Pengetahuan)
·         Ananda (Kebahagian)
Brahman adalah sumber dari segala sesuatu, baik bergerak/tidak bergerak dan sebab dari segala sesuatu/Sarvakaranakaranam.Brahman sebagai :
·         Pengendali dan bergerak utama seluruh ciptaan kosmis,
·          Yang mengharapkan kesejahteraan mahkluk hidup,
·         Berada di luar jangkuan indria-indria material,
·         Bersifat kekal diantara semua ang kekal dan maha kesadaran diantara semua yang memiliki kesadaran.
(Nityo Nityam Cetanos Cetanam,Katha Up.2.2.13)

Didalam pemikiran dalam tiada lagi selain TUHAN/BRAHMAN yang dapat melakukan :
·         Menanamkan keteraturan yang sempurna dan keindahan yang sangat megah pada alam.
·         Menciptakan Hukum-hukum alam.
·         Mewujudkan dunia ajaib di huni berjuta-juta mahkluk hidup.
Semua dapat dipahami melalui sains bhaktiyoga/cara pelayanan bhakti.
Menurut Srila Prabupada terdapat 5 lima tingkat keinsafan TUHAN,sebagai berikut :
·         Anna-maya adalah Keinsafan Tuhan yang bersifat material,yaitu keterganatungan pada makanan untuk hidup.(Tai up,II.ii.1).
·         Prana-maya adalah keinsafan tuhan da ri gejala-gejala hidup/bentuk-bentuk kehidupan.(Tai up,II.iii,1).
·         Jnana-maya adlah keinsafan Tuhan berkembang hingga melapui gejala-gejala hidup sampai tingkat berpikir,merasakan dan menginginkan.Ini semua berasal dari sumber Tertinggi.(Tai.up,II.i.1).
·         Vijnana-maya adalah keinsafan ini,Tuhan diinsafi sebagai Brahman, aspek impersonal Tuhan.(Tai up,II.v.1).
·         Ananda-maya adalah keinsafan hakekat atribut Kepribadian Tuhan yang penuh kebahagian.inilah keinsafan tertinggi dari keberadaan Tuhan.(Tai up,I.iv.1).
Tiga tingkatan keinsafan berdasarkan kemampuan masing-masing orang,terhadap keberadaan Tuhan :
·         Kanistha-adhikari adalah tingkatan rendah dalam melakukan bhakti sesuai sradanya,dan menganggap Tuhan/Brahman hanya ada di tempat suci dan tidak ada di tempat lain.
·         Madyana-adhikari adalah penyembah yang dapat melihat perbedaan di 4(empat) prinsip yaitu :
·         Brahman/Tuhan Yang Maha Esa,
·         Para penyembah Tuhan
·         Orang tak bersalah(Orang yang tidak memiliki pengetahuan tentang Tuhan/Brahman,
·         Para Atheis.
·         Uttama-adhikari adalah penyembah dalam tingkatan ini melihat segala sesuatu dalam hubungannya dengan Tuhan/Brahman.
Menurut Vedanta,Tuhan/Brahman memiliki tiga jenis potensi atau energi internal,yaitu :
·         Sandhini-sakti/potensi keberadaan
·         Samvit-sakti/potensi pengetahuan
·         Hladini-sakti/potensi kebahagian
     Bagian-bagian dari tiga jenis potensi/energi internal juga di berkati rincian di atas dalam tingkatan yang berbeda.Kebenaran mutlak,Tuhan adalah realitas Spiritual (cit-svarupa) yang memiliki keseluruhan atribut ini secara sempurna.Manifestasi dari potensi-potensi atau energi internal tuhan ini adalah : keanekaragaman dunia spiritual(cit-jagat) yang tak dapat dipahami, manifestasi energi marginal Tuhan yang terdiri dari mahkluk hidup termasuk para dewa dan manefestasi dari energi eksternal Tuhan yaitu alam material.
     Dengan demikian, Brahman, Kebenaran mutlak meliputi empat prinsip ini, yaitu : Brahman/Tuhan Yang maha Esa, Energi internal-Nya, Energi marginalnya dan Energi eksternalnya.Bentuk Tuhan (svawam-rupa) dan berbagi ekspansi dari bentuk beliau (vaibhava-prakasa) adalah penikmat langsung dari energi internal di dunia rohani Manefestasi eksternal yaitu energi material, menyediakan badan-badan material bagi semua mahkluk hidup yang masih terikat.
     Untuk mewujudkan jagat raya ini, Tuhan memanifestasikan diri-Nya sebagai tiga ekspansi yang dikenal dengan sebagai Purusha-avatara,yakni :
·         Maha-Visnu adalah sumber dari seluruh alam semesta fisik,
·         Garbhodakasayi-Visnu adalah ekspansi yang masuk kedalam setiap alam semestanya,
·         Ksirodakasayi-Visnu adalah ekspansi yang masuk ke dalam setiap mahkluk hidup sebagai paramatma yang menuntun setiap mahkluk dari mikroorganisme hingga umat manusia sampai para deva.
     Kebenaran mutlak Tertinggi adalah personalitas Tuhan Yang Maha Esa yang sempurna. Keinsafan aakan Brahman yang impersonal(tidak berwujud) atau juga keinsafan Paramatma, Roh Yang Utama, merupakan keinsafan yang kurang lengkap tentang kesempurnaan mutlak. Personalitas tertinggi Tuhan Yang Maha Esa adalah Sat, Citananda-vigraha, dan keinsafan akan Brahman akan Paramatma atau Roh Yang Utama merupakan keinsafan aspek sat dan cit, yaitu aspek kekekalan-Nya, dan keinsafan akan aspek kekalan dan aspek pengetahuannya. Akan tetapi, keinsafan akan personalitas Tuhan merupakan keinsafan akan aspek rohani;sat-cit dan ananda. Apabila seseorang menginsafi aspek-aspek kebenaran mutlak tersebut dalam bentuk yang lengkap. Vigrha berarti “wujud” asli Brahman/Tuhan adalah Sri krsna, dan Sri Krsna memperbanyak diri-Nya menjadi wujud-wujud yang jumlahnya tidak dapat di hitung termasuk Arca-vigraha yang di puja di kuil-kuil. Personalitas Tuhan Yang Maha Esa yang mutlak memiliki kediaman rohani, yang bernama Goloka, dimana Dia tinggal dan sibuk dalam kegiatan kesenangan-Nya.

II.3. Pandangan Srila Prabupada Terhadap Jiwa/Atman
     Dalam pernyataan Srila Bhaktisiddhanta Sarasvati Thakura, isvara, Tuhan adalah kepribadian ketidakterbatasan mutlak dan jiva merupakan keterbatasan mutlak. Dengan kata lain mahkluk hidup memiliki kualitas spiritual yang sama dengan Tuhan. Tetapi kapasitas yang dimiliki Tuhan bersifat tidak terbatas. Oleh karena itu manusia adalah Tuhan yang kecil atau yang menyerupai Tuhan, tetapi bagaimanapun kecerdasan yang dimiliki oleh manusia, namun Ia tidak akan berubah menjadi Tuahan, bahkan setelah berilyar-milyar evolusi. Selain itu, identitas individu setiap mahkluk hidup akan tetap terpisah selamanya dari Tuhan.
     Bhaktivedanta menjelaskan bahwa seseorang dapat mengerti bahwa badan ini terdiri dari unsur-unsur alam; badan dapat dianalisis bersama dua puluh empat unsurnya. Badan adalah manifestasi kasar. Manifestasi halus adalah pikiran dan efek-efek kejiwaan. Gejala-gejala hidup adalah hal yang saling mempengaruhi antara ciri-ciri tersebut. Disamping itu ada sang roh dan ada pula Roh Yang Utama. Sang roh dan Roh Yang Utama adalah dua.
     Mahkluk hidup di dunia fana memiliki empat kekurangan, yaitu :
·         Mahkluk hidup berbuat kesalahan
·         Mahkluk hidup mengalami ilusi
·         Mahkluk hidup berkecenderungan untuk menipu orang lain
·         Indera-inderanya tidak sempurna
     Manusia harus cukup cerdas untuk menginsafi makna dan tujuan kehidupan manusia. Kitab suci Veda telah disusun untuk manusia bukan untuk binatang. Segala ajarannya ditujukan untuk menuntun kehidupan manusia. Binatang dapat membunuh binatang-binatang lain untuk makanannya tanpa dipengaruhi oleh dosa, tetapi kalau seseorang dia harus bertanggung jawab karena melanggar hukum alam. Sebagai akibatnya dia harus mendapat hukuman. Akan tetapi, apabila seseorang menganggap bahwa hanya dengan menjadi vegetarian berpantang makan daging,ikan, dan telor dia dapat menghindari pelanggaran hukum-hukum alam, maka itu merupakan anggapan salah. Sayurpun bernyawa. Hukum alam memang menetapkan tugas pokoknya adalah mengakui keberadaan Tuhan. Demikianlah hendaknya seseorang jangan merasa bangga karena menjadi karena menjadi seseorang vegetarian yang taat.ada beberapa sumber dosa manusia, antara lain : pelanggaran secara sengaja terhadap hukum-hukum alam berupa kealpaan terhadap hak kepemilikan Tuhan; Tidak patuh terhadap hukum alam atau terhadap perintah Tuhan mengantarkan kehancuran bagi manusia.



II.4. Alam Semesta
     Menurut Vedanta, Kala atau waktu tidak memiliki awal. Ia bersifat kekal dan merupakan aspek impersonal Tuhan. Sri Krsna bersabda, “Aku adalah sang waktu”. Demikianlah dalam sudut pandang spritual, waktu tidak memiliki awal maupun akhir dan memiliki eksistensi yang kekal. Menurut Vedanta, semua alam semesta material telah terwujud karena suatu rancangan besar(Big Vision) dan bukan karena suatu Big Bang. Semua manefestasi alam material memiliki suatu awal dan akhir. Seperti halnya alam material, badan material juga memiliki awal dan akhir. Penciptaan dan peleburan berlangsung dalam suatu siklus perubahan musim. Kosmologi Vedanta menjelaskan bahwa pada awal siklus penciptaan alam semesta, lahirlah Dewa Brahma, mahkluk hidup yang pertama. Satu siang Brahma disebut satu kalpa dan satu kalpa terdiri terdiri dari seribu siklus empat Yuga, atau zaman. Rentang waktu tersebut sebanding dengan satu malam Dewa Brahma dan Ia hidup selama seratus tahun seperti itu, kemudian meninggal. Satyayuga  berlangsung selama 1.728.000 tahun; Tretayuga berlangsung 1.296.000; Dvaparayuga selama 864.000; dan Kaliyuga selama 432.000 tahun. Dengan demekian seratus tahun Dewa Brahma sebanding dengan 311 triliun dan 40 miliar tahun bumi. Menurut kosmologi Vedanta, alam semesta dimulai dengan kelahiran Dewa Brahma yang hingga saat ini berusia sedikit di atas 50 tahun. Hal ini dinyatakan dala Srimadbhagavatam, 3.11.34:
            “Yad ardham ayusas tasya parardham abhidhiyate,
            Purvah parardho ‘ pakranto hy aparo ‘ dya pravartate”
            Terjemahannya
            “Seratus tahun kehidupan Dewa Brahma dibagi menjadi dua bagian, bagian pertama dan bagian kedua. Bagian pertama dari durasi kehidupan Dewa Brahma telah berakhir dan bagian kedua sedang berjalan”.
     Periode ini kita berada dalam aman Kaliyuga tepatnya 5000 tahun telah berlalu dari dua puluh delapan siklus, empat yuga, salam manu yang ketujuh dari kalpa yang pertama hari pertama Dewa Brahma dalam tahapan kedua hidupnya. Dalam Vedanta dinyatakan bahwa usia alam semesta lebih tua dari perkiraan para ahli kosmologi modern. Hal yang patut dicermati adalah manifestasi dan peleburan alam material berlangsung secara kekal. Ini dinyatakan oleh Purusavataras, ekspansi kepribadian Tuhan Yang Maha Esa mengenai penciptaan alam material (Srimadbhagavatam, 1.2.1).
     Prakrti, materi merupakan energi inferior Tuhan. Sedangkan mahkluk hidup merupakan energi superior Tuhan. Makhluk hidup dijelaskan sebagai prakrti yang utama. Prakrti selalu dikendalikan baik prakrti yang rendah maupun prakrti yang utama. Prakrti selalu tunduk, dikuasai oleh Tuhan Yang Mahakuasa. Para makhluk hidup dan alam kedua-duanya dikuasai dan dikendalikan oleh Tuhan Yang Mahakuasa. Menurut Vedanta, alam material tidak bersifat independen. Alam material bekerja keras atas perintah Tuhan. Penciptaan alam semesta material ini adalah fasilitas yang diberikan oleh Tuhan kepada mahkluk hidup yang terikat agar terbebas dari  konsep hidup material yang keliru (materialisme).
     Teori Big Vision bertujuan untuk membangun hubungan rohani antara mahkluk hidup yang berada dalam kebodohan dengan Tuhan-Bhagavan. Hubungan ini terwujud melalui bhakti. Dunia material diciptakan oleh Tuhan dengan Big Vision-Nya untuk membawa mahkluk hidup menuju tingkat bhakti yang murni dan kebahagian tertinggi.
II.5. MOKSA/ Pembebasan Diri
     Menurut peradaban Veda purba, prinsip-prinsip agama diajarkan secara langsung oleh Tuhan untuk menuntun umat manusia dharmam tu saksad bhagavat-pranitam (srimad 6.3.19). Intisari seluruh ajaran agama terdiri dari moralitas, etika, kerendahan hati dan cinta kasih kepada Tuhan. Kehidupan beragama aatau spritual yang mengandung aspek-aspek moral kehidupan merupakan keharusan bagi umat manusia agar mampu terbebaskan dari keterikatan kehidupan duniawi sehingga berkualifikasi untuk kembali pulang ke dunia rohani. Semua ini akan tercapai dengan mengembangkan sambandha-jnana, yaitu pengetahuan tentang hubungan antara mahkluk hidup dan Tuhan dengan memahami bahwa mahkluk hidup sebagai spirition atau partikel spiritual Tuhan yang sepenuhnya bergantung pada karunia Tuhan.
     Untuk itu langkah selanjutnya adalah melaksanakan abhidheya yang memuncak pada pelayanan bhakti yang murni kepada Tuhan. Terdapat sembilan proses bhakti yaitu : mendengar, memuji, mengingat, melayani, sembahyang, berdoa, patuh, memelihara, persahabatan, dan menyerahkan segalanya. Bhakti merupakan sifat pengabdian suci luhur untuk menghubungkan sang individu dengan Jiwa Tertinggi, disertai kerendahan hati yang paling dalam dan pelayanan yang penuh cinta bhakti. Semua ini akan menuntun pada prayojana, yaitu tercapainya tujuan hidup tertinggi, yakni cinta kasih kepada Tuhan.Kesempurnaan kehidupan manusia hanya dapat dicapai apabila orang tekun dalam pelayanan kepada Tuhan. Segala pelayanan di dunia ini, baik di bidang sosial, politik, masyarakat, antar bangsa, maupun antar planet akan tetap tidak lengkap sampai di gabungkan dengan keseluruhan lengkap.
     Untuk memenuhi keinginan pemuja-Nya Tuhan menampakan diri dalam suatu bentuk yang nampak seperti bentuk material. Hendaknya jangan menganggap bahwa penyembah-penyembah seperti itu yang berada pada tingkatan paling rendah dalam bhakti, menyembah berhala. Dalam Bhagavadgitha (4.11) disebutkan bahwa tuhan menjalin hubungan dengan penyembah-Nya sesuai dengan penyerahan diri penyembah itu.
     Jadi dengan mengembangkan pemahaman tentang keberadaan Tuhan sertaa menyucikan hati seseorang melalui pelayanan bhakti kepada Tuhan maka kehidupan individu, masyarakat, negara dan seluruh dunia akan hidup bersama secara harmonis dan damai. Oleh karena itu, kehidupan yang berpusat kepada Tuhan adalah solusi bagi semua permasalahan material. Secara singkat inilah tujuan bentuk kehidupan manusia menurut Vedanta.

















BAB III
KESIMPULAN

     Srila Prabupada lahir pada tanggal 1 September 1896 di Calcuta India. Pada tahn 1922. beliau bertemu dengan Srila Bhaktisiddhanta Sarasvati, guru kerohaniannya. Pada tahun 1933 Srila Prabupada diterima sebagai murid oleh Swami Bhaktisiddhanta. Srila Prabupada berangkat ke Amerika Serikat dengan kapal laut pada tahun 1965. beliau mendirikan “International Society for Krishna Consciousness” pada tahun 1966. Pada tanggal 14 November 1977 Srila Prabupada meninggal dunia di Vrndavana India.
     Pandangan Srila Prabupada terhadap Brahman. Beliau berpendapat bahwa Brahman merupakan makhluk hidup pertama yang tercipta. Paham tentang Tuhan sebagai suatu kekuatan yang berkuasa ataubsebagai Brahman yang tidak bersifat pribadi dapat dicapai oleh orang yang berada di dalam tenaga rendah Tuhan, tetapi kepribadian Tuhan tidak dapat dipahami kecuali seseorang berada dalam edudukan rohani. Pandangan Srila Prabudada terhadap jiwa bahwa jiwa adalah makhluk hidup yang dikendalikan. Jiwa memiliki kesadaran yang mirip dengan kesadaran Tuhan. Akan tetapi, Tuhan memiliki kesadaran yang paling utama dan seharusnya orang jangan menganggap bahwa makhluk hidup juga memiliki kesadaran yang paling utama. Pandangan terhadap alam semesta bahwa alam material terdiri dari tiga sifat yaitu sifat kebaikan, sifat nafsu dan sifat kebodohan. Di atas tiga sifat tersebut ada waktu yang kekal, dan kegiatan yang disebut karma yang terjadi karena gabungan sifat-sifat alam itu dibawah pengendalian dan pengawasan waktu yang kekal. Pandangan terhadap pembebasan diri bahwa dengan semua kegiatan bhakti yang dipusatkan kepada Tuhan maka akan mencapai pembebasan.







DAFTAR PUSTAKA

Sudiani, Ni Nyoman. 2012. Materi Ajar Mata Kuliah Darsana. STAH Dharma Nusantara Jakarta.
Prabhupada, Swami. 2006. Bhagavad-gita Menurut Aslinya. Hanuman Sakti

Tidak ada komentar:

Posting Komentar