FILSAFAT SRILA PRABUPADA
MATA KULIAH
DARSANA
DOSEN : NI NYOMAN SUDIANI,
SE.,S.Pd.H.,M.Fil.H
Kelompok 10 :
1. KETUT SUDIRTHA ( NIM: 1109.00.0948)
2. SRI MARYANI ( NIM: 1109.00.0968)
STAH DHARMA NUSANTARA JAKARTA
2013
KATA PENGANTAR
Om swastyastu,
Dengan
menghaturkan asungkerta waranugraha kehadapan Ida Sang Hyang Widhi Wasa,
akhirnya penulis dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Filsafat Srila Prabupada”, dimana
penulis berusaha membuat dengan kemampuan penulis serta menggunakan
sumber-sumber teks yang berkaitan dengan Makalah ini.
Penulis
mengucapkan terima kasih kepada Ibu Ni Nyoman Sudiani, SE.,S.Pd.H.,M.Fil.H
selaku dosen mata kuliah Darsana dan
teman-teman seangkatan yang telah
membantu memberikan saran demi kelancaran dan selesainya makalah ini. Sehingga
membuka wawasan serta cakrawala penulis. Dan tidak kalah pentingnya penulis puji
syukur kepada Sang Hyang Widhi Wasa yang
telah membimbing dan menuntun jalan hidup penulis.
Makalah ini walaupun sudah selesai
namun penulis yakin masih ada kekurangan sehingga penulis mengharapkan kritik
dan saran yang membangun dari semua pihak yang membaca makalah ini, sehingga
menjadi tulisan yang sempurna dan dapat berguna untuk kepentingan umat Hindu
secara umum dan ini bisa menjadi sumber bacaan
yang berguna bagi perkembangan umat Hindu kedepannya.
Om shanti, shanti,shanti om.
Jakarta, Maret 2013
Penyusun
DAFTAR PUSTAKA
Kata Pengantar .............................................................................................
i
Daftar Isi .........................................................................................................
ii
Bab I Pendahuluan .............................................................................................
1
I.1. Latar Belakang .............................................................................................
1
I.2. Rumusan Masalah .................................................................................
1
I.3. Sistematika Penulisan .................................................................................
1
Bab II Pembahasan .............................................................................................
3
II.1. Riwayat Srila Prabupada .....................................................................
3
II.2. Pandangan Srila terhadap Brahman .........................................................
5
II.3. Pandangan Srila Terhadap Jiwa .....................................................................
8
II.4. Pandangan Srila Terhadap Alam Semesta .............................................
10
II.5. Pandangan Srila Terhadap Pembebasan Diri .............................................
11
Bab III Penutup .............................................................................................
13
III.1. Kesimpulan .............................................................................................
13
Daftar Pustaka .............................................................................................
14
BAB I
PENDAHULUAN
I.1. LATAR BELAKANG
Filsafat merupakan pencarian rasional
ke dalam sifat Kebenaran atau Realitas, yang juga memberikan pemecahan yang
jelas dalam mengemukakan permasalahan-permasalahan dari kehidupan ini, di mana
ia juga menunjukkan jalan untuk mendapatkan pembebasan abadi dari penderitaan
akibat kelahiran dan kematian. Dalam agama Hindu juga memiliki filsafat yakni
darsana. Filsafat Hindu memiliki nilai yang sangat luhur, mulia, khas dan
sistematis, yang didasarkan atas pengalaman spritual mistis.
Srila Prabupada adalah ahli waris
dalam garis perguruan langsung dari Caitanya. Beliau juga merupakan pendiri
Internasional Society for Krishna Consciusness. Srila Prabupada mempunyai
pandangan-pandangan terhadap Brahman, Jiwa, Alam semesta dan pembebasan/moksa.
Menurut beliau Brahma adalah makhluk hidup pertama. Jiwa merupakan makhluk
hidup yang mempunyai tiga unsur spiritual yang menyusunnya. Alam semesta
merupakan konsep ruang dan waktu. Pembebasan diri merupakan pembebasan dari
ikatan duniawi dan menuju ke ikatan rohani.
I.2. Rumusan masalah
Berdasarkan latar belakang diatas maka penulis merumuskan masalah sebagai
berikut:
1. Bagaimana Riwayat Hidup Srila Prabupada?
2. Bagaimana pandangan Srila Prabupada terhadap Brahman, Jiwa, Alam Semesta
dan Pembebasan diri?
I.3. SISTEMATIKA PENULISAN
Kata Pengantar
Daftar Isi
Bab I Pendahuluan
Latar Belakang
Rumusan Masalah
Sistematika Penulisan
Bab II Pembahasan
Riwayat Hidup Srila Prabupada
Pandangan Srila terhapap Brahman
Pandangan Srila terhadap Jiwa
Pandangan Srila terhadap Alam Semesta
Pandangan Srila terhadap Pembebasan Diri
Bab III Penutup
Kesimpulan
Daftar Pustaka
BAB II
PEMBAHASAN
II.1. Riwayat Hidup Srila Prabupada
Srila
Prabupada adalah putra dari seorang pedagang kain yaitu Gour Mohan De dan
Ranjani. Srila Prabupada lahir pada tanggal 1 September 1896 dengan nama Abhay
Charan De. Ayah Abhay adalah seorang penganut Vaisnava strict. Beliau
membesarkan Abhay dalam lingkungan sriritual yang ketat. Abhay selalu
menyaksikan ketulusan bhakti ayahnya dalam melakukan pemujaan kepada Krishna.
Abhay dididik untuk menjadi seorang pengajar Bhagavatam. Abhay kecil selalu
disibukkan dengan pelajaran bhakti dan berbagai alat musik tradisional. Sesuai
dengan tradisi Benggali, orang tua Abhay meminta seorang ahli
perbintangan/astrolog Veda untuk mengalkulasi horoskop sang anak. Sang astrolog
membuat sebuah prediksi spesifik dengan mengatakan bahwa ketika anak tersebut
mwncapai usia tujuh puluh tahun (70 tahun), ia akan menyeberangi samudera,
menjadi seorang pengajar agama yang besar, dan mendirikan 108 kuil.
Di
seluruh India Utara. Sri Krishna diterima sebagai aspek perwujudan Tuhan yang
paling utama oleh mayoritas penduduk. Oleh karena itu, Abhay menyerap kesadaran
Krishna sejak kelahirannya. Ayah Abhay sangat religius dan pada tahun-tahun
belakangan Prabhupada menyebut ayahnya sebagai “seorang penyembah murni
Krishna.” Gour Morgan seringkali membawa putranya ke kuil Radha Krishna dekat
rumah, yang dikenal dengan Radha-Govinda Mandir, bahkan sebelum sang anak cukup
usia berjalan. Abhay gemar dengan festival Ratha-yatra yang digelar setiap
tahun di Calcuta. Ratha-yatra digelar di kota-kota di seluruh India.
Ketika
Abhay berusia sekitar enam tahun, Abhay meminta sebuah arca kepada ayahnya
untuk dipujanya sendiri. Selama tahun-tahun kuliahnya, ayah Abhay mengatur
pernikahan Abhay dengan memilihkan Radharani Datta, putri seorang keluarga
pedagang yang diajak kerjasama. Setelah menikah Abhay dan Radharani tidak tinggal
bersama, mereka tinggal bersama keluarga-keluarganya sendiri. Setelah tahun
keempat kuliahnya Abhay mulai enggan ,enerima gelar. Abhay telah menjadi
simpatisan gerakan nasionalis, yang memperjuangkan sekolah-sekolah nasional dan
pemerintahan sendiri. kakak kelas Abhay adalah seorang nasionalis yang
menggebu, bernama Subhas Chandra Bose, yang belakangan menjadi pemimpin Tentara
Nasional India yang dibentuk untuk meruntuhkan pemerintahan Inggris di India.
Abhay tidak berminat pada aktivitas politik, namun idealisme gerakan
kemerdekaan menarik minatnya. Abhay tertarik kepada Mohandas K. Gandhi. Ghandi
senantiasa membawa Bhagavad-gita dan mengatakan dirinya dibimbing oleh Gita di
atas semua buku lainnya.
Srila
Prabupada bertemu dengan guru spiritualnya, Bhaktisidhanta Sarasvati Thakura
pada tahun 1922. Pada awalnya Abhay tidak ingin menemui guru spiritualnya,
namun seorang kawan Abhay berkeras menyeretnya ke ruangan Gaudya Math, dimana
merekan kemudian diantarkan ke balkon ke hadapan Bhaktisidhanta Sarasvati.
Bhaktisidhanta mengatakan kepada Abhay dan teman-temannya untuk dapat
menyebarkan ajaran Veda ke dunia barat. Untuk menguji Bhaktisidhanta, Abhay
mengajukan beberapa pertanyaan kritis. Abhay bertanya, “Siapa yang akan
mendengarkan ajaran kerohanian Anda? Kita adalah negara terjajah. Pertama India
harus merdeka. Bagaimana kita bisa menyebarluaskan kultur Veda jika kita berada
di bawah pemerintahan Inggris?” Bhaktisidhanta menjawab bahwa kesadaram Krishna
tidak perlu menunggu perubahan keadaan polotik India, kesadaran Krishna juga
tidak bergantung pada siapa yang memegang pemerintahan. Kesadaran Krishna
sedemikian pentingnya hingga tidak dapat menunggu. Srila Bhaktisidhanta
menyatakan bahwa semua pemerintahan bersifat temporer; realitas yang kekal adalah
kesadaran Krishna, an diri yang sejati adalah sang roh. Tidak ada sistem
politik buatan manusia yang bisa membantu umat manusia.
Bhaktisidhanta Sarasvati mengutip ayat-ayat Sanskrta dari Bhagavadgita
dimana Krishna menyatakan bahwa seseorang harus meninggalkan segala tugas-tugas
dharma lainnya an berserah diri kepada-Nya, Personalitas Tertinggi Tuhan Yang
Maha Esa. Srila Prabupada pernah mengatakan bahwa pada malam itu juga
sebenarnya beliau telah menerima Bhaktosiddhanta Sarasvati sebagai guru spiritual
yang belum seara resmi. Pada tahun 1932 Srila Prabupada diterima secara resmi
sebagai murid Bhaktisiddhanta Sarasvati.
Tiga
puluh tahun berikutnya kehidupannya di India dia habiskan untuk menumbuhkan
keinginan tunggal dan sekaligus mengikuti perintah gurunya untuk mengajarkan
kesadaran Krishna ke seluruh dunia. Isrti Abhay religius di rumah, namun tidak
menyukai ide untuk bekerja menyebarkan kesadaran Krishna. Meskipun istri Abhay
keras kepala, Abhay tetap sabar dan berusaha mengajaknya.
Sebagai
penjual obat-obatan, Abhay melakukan banyak perjalanan dengan kereta api di
India Utara. Abhay tidak berkesempatan bepergian bersama guru spiritualnya atau
sering bertemu beliau. Selama empat tahun berikutnya, Abhay hanya berkesempatan
bertemu dengan gurunya sekitar dua belas kali saja. Meskipun demikian Abhay
sangat akrab dengan gurunya, bahkan disaat murid-murid yang lain segan dan
takut berhadapan seperti itu. Prabupada belakangan menceritakan “Kadangkala
saudara-saudara segru saya mengkritik karena saya berbicara agak bebas dengan
beliau dan mereka mengutip pepatah Inggris yang mengatakan; “Orang bodoh? Ya,
mungkin saja, Tapi itulah saya.’ Guru Maharaja senantiasa sangat sayang kepada
saya`”
Suatu
hari saat Srila Bhaktisiddhanta berjalan-jalan di tepi telaga suci Radha-kusa
bersama Abhay dan beberapa murid lainnya, beliau mulai berbisik secara rahasia
kepada Abhay. Beliau mengatakan bahwa beberapa murid seniornya telah
berselisih, dan hal ini membuat beliau sangat sedih. Srila Bhaktisiddhanta kemudian
secara langsung berkata kepada Abhay, “Saya berkeinginan untuk mencetak
beberapa buku. Jika kamu punya uang, cetaklah buku.” Berdiri di tepi Radha kusa
dan menatap guru spiritualnya, Abhay merasakan kata-kata ini memasuki lubuk
hatinya”
Srila Bhaktisiddhanta
berpulang dari dunia fana ini pada bulan Desember 1936. sebulan sebelumnya
Abhay bersurat kepada beliau. Abhay berpikir bahwa sebagai seorang grhasta dia
tidak mampu sepenuhnya melayani guru spiritualnya, dan dia tahu apa yang bisa
dilakukannya. Berselang dua minggu akhirnya Abhay menerima jawabannya intinya
menyatakan bahwa gurunya yakin suatu saat nanti Abhay mampu menjelaskan dan
menyebarluaskan ajaran perguruannya dalam bahasa Inggris kepada semua orang
yang tidak mampu berbahasa Benggali atau Hindi.
Dalam
pelayarannya ke Amerika, Srila Prabupada mengalami dua kali serangan jantung
dan berkali-kali mabuk laut. Karena karunia Guru dan Krishna, Prabupada tiba di
Amerika dengan selamat. Atas kegigihannya dalam waktu singkat sejak beliau ada
di Amerika sampai akhir hayatnya pada tanggal 14 November 1977, beliau bisa
menggaet sangat banyak pengikut dan mendirikan 108 temple dan center. Beliaulah
salah satu guru kerohanian yang paling berjasa membawa ajaran Veda ke dunia
barat.
II.2. Pandangan Srila Prabupada Terhadap Brahman
Dewa Brahma bagi Srila Prabhupada adalah
mahkluk hidup pertama yang tercipta dan yang menciptakan tuhan/Isvara sebagai
kepribadian tertinggi awal tertinggi (Adi Purusha), badan rohninya tersusun
dari 3 (tiga) unsur spritual (Saccidanandavigraha) :
·
Sat (kekal)
·
Cit (Pengetahuan)
·
Ananda (Kebahagian)
Brahman
adalah sumber dari segala sesuatu, baik bergerak/tidak bergerak dan sebab dari
segala sesuatu/Sarvakaranakaranam.Brahman sebagai :
·
Pengendali dan bergerak utama seluruh
ciptaan kosmis,
·
Yang mengharapkan kesejahteraan mahkluk hidup,
·
Berada di luar jangkuan indria-indria
material,
·
Bersifat kekal diantara semua ang
kekal dan maha kesadaran diantara semua yang memiliki kesadaran.
(Nityo Nityam
Cetanos Cetanam,Katha Up.2.2.13)
Didalam
pemikiran dalam tiada lagi selain TUHAN/BRAHMAN yang dapat melakukan :
·
Menanamkan keteraturan yang sempurna
dan keindahan yang sangat megah pada alam.
·
Menciptakan Hukum-hukum alam.
·
Mewujudkan dunia ajaib di huni
berjuta-juta mahkluk hidup.
Semua dapat
dipahami melalui sains bhaktiyoga/cara pelayanan bhakti.
Menurut Srila
Prabupada terdapat 5 lima tingkat keinsafan TUHAN,sebagai berikut :
·
Anna-maya adalah Keinsafan Tuhan yang
bersifat material,yaitu keterganatungan pada makanan untuk hidup.(Tai
up,II.ii.1).
·
Prana-maya adalah keinsafan tuhan da
ri gejala-gejala hidup/bentuk-bentuk kehidupan.(Tai up,II.iii,1).
·
Jnana-maya adlah keinsafan Tuhan
berkembang hingga melapui gejala-gejala hidup sampai tingkat berpikir,merasakan
dan menginginkan.Ini semua berasal dari sumber Tertinggi.(Tai.up,II.i.1).
·
Vijnana-maya adalah keinsafan
ini,Tuhan diinsafi sebagai Brahman, aspek impersonal Tuhan.(Tai up,II.v.1).
·
Ananda-maya adalah keinsafan hakekat
atribut Kepribadian Tuhan yang penuh kebahagian.inilah keinsafan tertinggi dari
keberadaan Tuhan.(Tai up,I.iv.1).
Tiga
tingkatan keinsafan berdasarkan kemampuan masing-masing orang,terhadap
keberadaan Tuhan :
·
Kanistha-adhikari adalah tingkatan
rendah dalam melakukan bhakti sesuai sradanya,dan menganggap Tuhan/Brahman
hanya ada di tempat suci dan tidak ada di tempat lain.
·
Madyana-adhikari adalah penyembah
yang dapat melihat perbedaan di 4(empat) prinsip yaitu :
·
Brahman/Tuhan Yang Maha Esa,
·
Para penyembah Tuhan
·
Orang tak bersalah(Orang yang tidak
memiliki pengetahuan tentang Tuhan/Brahman,
·
Para Atheis.
·
Uttama-adhikari adalah penyembah
dalam tingkatan ini melihat segala sesuatu dalam hubungannya dengan
Tuhan/Brahman.
Menurut
Vedanta,Tuhan/Brahman memiliki tiga jenis potensi atau energi internal,yaitu :
·
Sandhini-sakti/potensi keberadaan
·
Samvit-sakti/potensi pengetahuan
·
Hladini-sakti/potensi kebahagian
Bagian-bagian dari tiga jenis
potensi/energi internal juga di berkati rincian di atas dalam tingkatan yang
berbeda.Kebenaran mutlak,Tuhan adalah realitas Spiritual (cit-svarupa) yang
memiliki keseluruhan atribut ini secara sempurna.Manifestasi dari
potensi-potensi atau energi internal tuhan ini adalah : keanekaragaman dunia
spiritual(cit-jagat) yang tak dapat dipahami, manifestasi energi marginal Tuhan
yang terdiri dari mahkluk hidup termasuk para dewa dan manefestasi dari energi
eksternal Tuhan yaitu alam material.
Dengan demikian, Brahman, Kebenaran mutlak
meliputi empat prinsip ini, yaitu : Brahman/Tuhan Yang maha Esa, Energi
internal-Nya, Energi marginalnya dan Energi eksternalnya.Bentuk Tuhan
(svawam-rupa) dan berbagi ekspansi dari bentuk beliau (vaibhava-prakasa) adalah
penikmat langsung dari energi internal di dunia rohani Manefestasi eksternal
yaitu energi material, menyediakan badan-badan material bagi semua mahkluk
hidup yang masih terikat.
Untuk mewujudkan jagat raya ini, Tuhan
memanifestasikan diri-Nya sebagai tiga ekspansi yang dikenal dengan sebagai
Purusha-avatara,yakni :
·
Maha-Visnu adalah sumber dari seluruh
alam semesta fisik,
·
Garbhodakasayi-Visnu adalah ekspansi
yang masuk kedalam setiap alam semestanya,
·
Ksirodakasayi-Visnu adalah ekspansi
yang masuk ke dalam setiap mahkluk hidup sebagai paramatma yang menuntun setiap
mahkluk dari mikroorganisme hingga umat manusia sampai para deva.
Kebenaran mutlak Tertinggi adalah
personalitas Tuhan Yang Maha Esa yang sempurna. Keinsafan aakan Brahman yang
impersonal(tidak berwujud) atau juga keinsafan Paramatma, Roh Yang Utama,
merupakan keinsafan yang kurang lengkap tentang kesempurnaan mutlak. Personalitas
tertinggi Tuhan Yang Maha Esa adalah Sat, Citananda-vigraha, dan keinsafan akan
Brahman akan Paramatma atau Roh Yang Utama merupakan keinsafan aspek sat dan
cit, yaitu aspek kekekalan-Nya, dan keinsafan akan aspek kekalan dan aspek
pengetahuannya. Akan tetapi, keinsafan akan personalitas Tuhan merupakan
keinsafan akan aspek rohani;sat-cit dan ananda. Apabila seseorang menginsafi
aspek-aspek kebenaran mutlak tersebut dalam bentuk yang lengkap. Vigrha berarti
“wujud” asli Brahman/Tuhan adalah Sri krsna, dan Sri Krsna memperbanyak
diri-Nya menjadi wujud-wujud yang jumlahnya tidak dapat di hitung termasuk
Arca-vigraha yang di puja di kuil-kuil. Personalitas Tuhan Yang Maha Esa yang
mutlak memiliki kediaman rohani, yang bernama Goloka, dimana Dia tinggal dan sibuk
dalam kegiatan kesenangan-Nya.
II.3.
Pandangan Srila Prabupada Terhadap Jiwa/Atman
Dalam pernyataan Srila Bhaktisiddhanta
Sarasvati Thakura, isvara, Tuhan adalah kepribadian ketidakterbatasan mutlak
dan jiva merupakan keterbatasan mutlak. Dengan kata lain mahkluk hidup memiliki
kualitas spiritual yang sama dengan Tuhan. Tetapi kapasitas yang dimiliki Tuhan
bersifat tidak terbatas. Oleh karena itu manusia adalah Tuhan yang kecil atau
yang menyerupai Tuhan, tetapi bagaimanapun kecerdasan yang dimiliki oleh
manusia, namun Ia tidak akan berubah menjadi Tuahan, bahkan setelah
berilyar-milyar evolusi. Selain itu, identitas individu setiap mahkluk hidup
akan tetap terpisah selamanya dari Tuhan.
Bhaktivedanta menjelaskan bahwa seseorang
dapat mengerti bahwa badan ini terdiri dari unsur-unsur alam; badan dapat
dianalisis bersama dua puluh empat unsurnya. Badan adalah manifestasi kasar.
Manifestasi halus adalah pikiran dan efek-efek kejiwaan. Gejala-gejala hidup
adalah hal yang saling mempengaruhi antara ciri-ciri tersebut. Disamping itu
ada sang roh dan ada pula Roh Yang Utama. Sang roh dan Roh Yang Utama adalah
dua.
Mahkluk hidup di dunia fana memiliki empat
kekurangan, yaitu :
·
Mahkluk hidup berbuat kesalahan
·
Mahkluk hidup mengalami ilusi
·
Mahkluk hidup berkecenderungan untuk
menipu orang lain
·
Indera-inderanya tidak sempurna
Manusia harus cukup cerdas untuk
menginsafi makna dan tujuan kehidupan manusia. Kitab suci Veda telah disusun
untuk manusia bukan untuk binatang. Segala ajarannya ditujukan untuk menuntun
kehidupan manusia. Binatang dapat membunuh binatang-binatang lain untuk
makanannya tanpa dipengaruhi oleh dosa, tetapi kalau seseorang dia harus
bertanggung jawab karena melanggar hukum alam. Sebagai akibatnya dia harus
mendapat hukuman. Akan tetapi, apabila seseorang menganggap bahwa hanya dengan
menjadi vegetarian berpantang makan daging,ikan, dan telor dia dapat
menghindari pelanggaran hukum-hukum alam, maka itu merupakan anggapan salah.
Sayurpun bernyawa. Hukum alam memang menetapkan tugas pokoknya adalah mengakui
keberadaan Tuhan. Demikianlah hendaknya seseorang jangan merasa bangga karena
menjadi karena menjadi seseorang vegetarian yang taat.ada beberapa sumber dosa
manusia, antara lain : pelanggaran secara sengaja terhadap hukum-hukum alam
berupa kealpaan terhadap hak kepemilikan Tuhan; Tidak patuh terhadap hukum alam
atau terhadap perintah Tuhan mengantarkan kehancuran bagi manusia.
II.4. Alam
Semesta
Menurut Vedanta, Kala atau waktu tidak
memiliki awal. Ia bersifat kekal dan merupakan aspek impersonal Tuhan. Sri
Krsna bersabda, “Aku adalah sang waktu”. Demikianlah dalam sudut pandang
spritual, waktu tidak memiliki awal maupun akhir dan memiliki eksistensi yang
kekal. Menurut Vedanta, semua alam semesta material telah terwujud karena suatu
rancangan besar(Big Vision) dan bukan karena suatu Big Bang. Semua manefestasi
alam material memiliki suatu awal dan akhir. Seperti halnya alam material,
badan material juga memiliki awal dan akhir. Penciptaan dan peleburan
berlangsung dalam suatu siklus perubahan musim. Kosmologi Vedanta menjelaskan
bahwa pada awal siklus penciptaan alam semesta, lahirlah Dewa Brahma, mahkluk
hidup yang pertama. Satu siang Brahma disebut satu kalpa dan satu kalpa terdiri
terdiri dari seribu siklus empat Yuga, atau zaman. Rentang waktu tersebut
sebanding dengan satu malam Dewa Brahma dan Ia hidup selama seratus tahun
seperti itu, kemudian meninggal. Satyayuga
berlangsung selama 1.728.000 tahun; Tretayuga berlangsung 1.296.000;
Dvaparayuga selama 864.000; dan Kaliyuga selama 432.000 tahun. Dengan demekian
seratus tahun Dewa Brahma sebanding dengan 311 triliun dan 40 miliar tahun
bumi. Menurut kosmologi Vedanta, alam semesta dimulai dengan kelahiran Dewa
Brahma yang hingga saat ini berusia sedikit di atas 50 tahun. Hal ini
dinyatakan dala Srimadbhagavatam, 3.11.34:
“Yad ardham ayusas tasya parardham
abhidhiyate,
Purvah parardho ‘ pakranto hy aparo
‘ dya pravartate”
Terjemahannya
“Seratus tahun kehidupan Dewa Brahma
dibagi menjadi dua bagian, bagian pertama dan bagian kedua. Bagian pertama dari
durasi kehidupan Dewa Brahma telah berakhir dan bagian kedua sedang berjalan”.
Periode ini kita berada dalam aman
Kaliyuga tepatnya 5000 tahun telah berlalu dari dua puluh delapan siklus, empat
yuga, salam manu yang ketujuh dari kalpa yang pertama hari pertama Dewa Brahma
dalam tahapan kedua hidupnya. Dalam Vedanta dinyatakan bahwa usia alam semesta
lebih tua dari perkiraan para ahli kosmologi modern. Hal yang patut dicermati
adalah manifestasi dan peleburan alam material berlangsung secara kekal. Ini
dinyatakan oleh Purusavataras, ekspansi kepribadian Tuhan Yang Maha Esa
mengenai penciptaan alam material (Srimadbhagavatam, 1.2.1).
Prakrti, materi merupakan energi inferior
Tuhan. Sedangkan mahkluk hidup merupakan energi superior Tuhan. Makhluk hidup
dijelaskan sebagai prakrti yang utama. Prakrti selalu dikendalikan baik prakrti
yang rendah maupun prakrti yang utama. Prakrti selalu tunduk, dikuasai oleh
Tuhan Yang Mahakuasa. Para makhluk hidup dan alam kedua-duanya dikuasai dan
dikendalikan oleh Tuhan Yang Mahakuasa. Menurut Vedanta, alam material tidak
bersifat independen. Alam material bekerja keras atas perintah Tuhan.
Penciptaan alam semesta material ini adalah fasilitas yang diberikan oleh Tuhan
kepada mahkluk hidup yang terikat agar terbebas dari konsep hidup material yang keliru
(materialisme).
Teori Big Vision bertujuan untuk membangun
hubungan rohani antara mahkluk hidup yang berada dalam kebodohan dengan
Tuhan-Bhagavan. Hubungan ini terwujud melalui bhakti. Dunia material diciptakan
oleh Tuhan dengan Big Vision-Nya untuk membawa mahkluk hidup menuju tingkat
bhakti yang murni dan kebahagian tertinggi.
‘
II.5. MOKSA/
Pembebasan Diri
Menurut peradaban Veda purba,
prinsip-prinsip agama diajarkan secara langsung oleh Tuhan untuk menuntun umat
manusia dharmam tu saksad bhagavat-pranitam (srimad 6.3.19). Intisari seluruh
ajaran agama terdiri dari moralitas, etika, kerendahan hati dan cinta kasih
kepada Tuhan. Kehidupan beragama aatau spritual yang mengandung aspek-aspek
moral kehidupan merupakan keharusan bagi umat manusia agar mampu terbebaskan
dari keterikatan kehidupan duniawi sehingga berkualifikasi untuk kembali pulang
ke dunia rohani. Semua ini akan tercapai dengan mengembangkan sambandha-jnana,
yaitu pengetahuan tentang hubungan antara mahkluk hidup dan Tuhan dengan
memahami bahwa mahkluk hidup sebagai spirition atau partikel spiritual Tuhan
yang sepenuhnya bergantung pada karunia Tuhan.
Untuk itu langkah selanjutnya adalah
melaksanakan abhidheya yang memuncak pada pelayanan bhakti yang murni kepada
Tuhan. Terdapat sembilan proses bhakti yaitu : mendengar, memuji, mengingat,
melayani, sembahyang, berdoa, patuh, memelihara, persahabatan, dan menyerahkan
segalanya. Bhakti merupakan sifat pengabdian suci luhur untuk menghubungkan
sang individu dengan Jiwa Tertinggi, disertai kerendahan hati yang paling dalam
dan pelayanan yang penuh cinta bhakti. Semua ini akan menuntun pada prayojana,
yaitu tercapainya tujuan hidup tertinggi, yakni cinta kasih kepada Tuhan.Kesempurnaan
kehidupan manusia hanya dapat dicapai apabila orang tekun dalam pelayanan
kepada Tuhan. Segala pelayanan di dunia ini, baik di bidang sosial, politik,
masyarakat, antar bangsa, maupun antar planet akan tetap tidak lengkap sampai
di gabungkan dengan keseluruhan lengkap.
Untuk memenuhi keinginan pemuja-Nya Tuhan
menampakan diri dalam suatu bentuk yang nampak seperti bentuk material.
Hendaknya jangan menganggap bahwa penyembah-penyembah seperti itu yang berada
pada tingkatan paling rendah dalam bhakti, menyembah berhala. Dalam
Bhagavadgitha (4.11) disebutkan bahwa tuhan menjalin hubungan dengan penyembah-Nya
sesuai dengan penyerahan diri penyembah itu.
Jadi dengan mengembangkan pemahaman
tentang keberadaan Tuhan sertaa menyucikan hati seseorang melalui pelayanan
bhakti kepada Tuhan maka kehidupan individu, masyarakat, negara dan seluruh
dunia akan hidup bersama secara harmonis dan damai. Oleh karena itu, kehidupan
yang berpusat kepada Tuhan adalah solusi bagi semua permasalahan material.
Secara singkat inilah tujuan bentuk kehidupan manusia menurut Vedanta.
BAB III
KESIMPULAN
Srila Prabupada lahir pada tanggal 1
September 1896 di Calcuta India. Pada tahn 1922. beliau bertemu dengan Srila
Bhaktisiddhanta Sarasvati, guru kerohaniannya. Pada tahun 1933 Srila Prabupada
diterima sebagai murid oleh Swami Bhaktisiddhanta. Srila Prabupada berangkat ke
Amerika Serikat dengan kapal laut pada tahun 1965. beliau mendirikan
“International Society for Krishna Consciousness” pada tahun 1966. Pada tanggal
14 November 1977 Srila Prabupada meninggal dunia di Vrndavana India.
Pandangan Srila Prabupada terhadap
Brahman. Beliau berpendapat bahwa Brahman merupakan makhluk hidup pertama yang
tercipta. Paham tentang Tuhan sebagai suatu kekuatan yang berkuasa ataubsebagai
Brahman yang tidak bersifat pribadi dapat dicapai oleh orang yang berada di
dalam tenaga rendah Tuhan, tetapi kepribadian Tuhan tidak dapat dipahami
kecuali seseorang berada dalam edudukan rohani. Pandangan Srila Prabudada
terhadap jiwa bahwa jiwa adalah makhluk hidup yang dikendalikan. Jiwa memiliki
kesadaran yang mirip dengan kesadaran Tuhan. Akan tetapi, Tuhan memiliki
kesadaran yang paling utama dan seharusnya orang jangan menganggap bahwa
makhluk hidup juga memiliki kesadaran yang paling utama. Pandangan terhadap
alam semesta bahwa alam material terdiri dari tiga sifat yaitu sifat kebaikan,
sifat nafsu dan sifat kebodohan. Di atas tiga sifat tersebut ada waktu yang
kekal, dan kegiatan yang disebut karma yang terjadi karena gabungan sifat-sifat
alam itu dibawah pengendalian dan pengawasan waktu yang kekal. Pandangan
terhadap pembebasan diri bahwa dengan semua kegiatan bhakti yang dipusatkan
kepada Tuhan maka akan mencapai pembebasan.
DAFTAR PUSTAKA
Sudiani, Ni
Nyoman. 2012. Materi Ajar Mata Kuliah Darsana. STAH Dharma Nusantara Jakarta.
Prabhupada,
Swami. 2006. Bhagavad-gita Menurut Aslinya. Hanuman Sakti