Senin, 07 Oktober 2013

KAKAWIN RAMAYANA III. 63 MAHADIRTHASUSASTRA


MAKNA DAN ARTI SLOKA KAKAWIN RAMAYANA III. 63  DALAM BERMAYARAKAT, BERBANGSA DAN BERNEGARA
Zaman  reformasi  adalah  zaman  kebebasan dalam berpendapat dan berekspresi  namun prakteknya dalam kehidupan sehari penuh dengan gesekan antara paham, suku agama , ras dan golongan. Kurang mengerti akan kebebasan membuat individu warga negara melanggar garis demokrasi dan melampuinya. Banyak tokoh-tokoh, Negaraqwan dan politikus yang selalu berorasi mengenai kebhenikaan dan perbedan. Perlu adanya dasar, wejangan, slogan yang mendasari agar perbedaan dan kebebasan  itu dapat berjalan seiring  nilai-nilai UUD 1945, PANCASILA dan BHENEIKA TUNGGAL IKA. Dalam sastra HINDU yaitu kakawin RAMAYANA III. 63 adalah salah satu sastra yang memberikan makna mendalam dan sangat bernilai tinggi bila dihayati dan diaplikasikan dalam berbangsa dan bernegara.


 MAKNA SLOKA KAKAWIN RAMAYANA II. 36
Dalam kakawin Ramayana III. 36 di sebutkan :
Sangkaning wruh aji ginego
Nitijna cara kapuhara
Pandya acrya dwija pahayun
Gongentatah tikaganansih

Asal kepandaian itu adalah karena, pengetahuan itu dipatuhi,
Kebijaksanaan membawa sikap prilaku,
Para sarjana, para guru, dan para pendeta supaya dihormati
Besarkanlah olehmu kasih sayang itu
Kakawin ramayana III. 63

2.
Saya akan membahas per-kalimat sloka di atas baik arti dan makna,yaitu :
“Sangkaning wruh aji ginego”, yang artinya asal kepandaian itu adalah karena, pengetahuan itu sendiri. Kepandaian yang dimiliki seseorang itu berasal dari kedisiplinan akan ilmu pengetahuan, ilmu hukum dan ilmu agama. Semua yang di dapat dari ilmu pengetahuan dan sebagainya hendaknya di pergunakan untuk kepentingan umum, orang banyak, bangsa dan negara. Tidak melakukan hal-hal yang tidak sesuai dengan norma dan aturan yang berlaku apalagi menyakiti orang lain, masyarakat dan negara. Hendaknya pula kepandaian tersebut tidak menjadi senjata yang berbahaya kepada orang lain demi kepentingan diri sendiri/pribadi. Jangan pula menyerang orang lain dengan kepintaran dan kepandaian untuk melumpuhkan lawan politik, atau pun untuk membela kepentingan tertentu. Itu sama saja tidak patuh kepada kepandaian sendiri.
“Nitijna cara kapuhara” artinya Kebijaksanaan membawa sikap prilaku, kebijaksanaan dalam bertindak tergantung dari kepandaian yang dimiliki, sejauh mana individu mempunyai wawasan/sudut pandang  yang berbeda pengertian akan posisinya, posisi orang lain/ hak-kewajibannya masing-masing. Banyak yang berpendapat bahwa seseorang yang bijaksana bisa di ukur kebijaksanaannya di lihat dari segi pendidikan, pengalaman dan budi pekertinya. Kebijaksanaan itu bisa seiiring dengan pancasila sila kedua  yang berbunyi “Kemanusian yang adil dan beadab.” Dan sila kelima yang berbunyi “ Keadilan sosial bagi seluruh rakyat indonesia.” Dalam kaitanya hendaknya kita bisa memanusiakan manusia dan berprilaku adil kepada setiap orang, baik kepada bawahan, pimpinan dan lain lain. Jangan menyisipkan kepentingan pribadi dalam setiap langkah, jangan merasa terpandai dan arogansi dalam memimpin dan bersosialisasi.
“Pandya acrya dwija pahayun,” artinya Para sarjana, para guru, dan para pendeta supaya dihormati. Kacang lupa kulitnya itulah pribahasa bila seseorang lupa akan asal muasalnya. Penghormatan harus dilakukan kepada para sarjana, guru, dan pendeta karena golongan terpelajar yang memprosese seseorang menjadi pandai dan bijaksana. Terlebih lagi kepada guru, guru adalah sosok yang sangat berperan dalam pembentukan karakter dan kepandaian seseorang, bila engkau melawan guru engkau sudah di katakan alpaka guru suatu tidakan dosa yang tidak boleh dilakukan. Selanjutnya Pendeta adalah tempat menimbang suatu masalah yang sangat berat dan ruwet sehingga dapat menemukan solusi dari masalah itu.    
3.
“Gongentatah tikaganansih”, yang artinya Besarkanlah olehmu kasih sayang itu. Makna dari bait ini adalah semua tindakan yang dilakukan didasari oleh kasih sayang. Prema/ cinta kasih akan membawa kedamaian baik dari yang memberi maupun yang menerima. Dalam setiap kepemimpinan haruslah membutuhkan kasih sayang karena peran pemimpin sebagai bapak, guru dan kakak yang senantiasa menyayangi bawahannya dan anggotanya. Dengan memberikan kasih sayang akan sesama tentunya ikatan akan terbentuk, bila ada ikatan maka tali persaudaraan akan terbina dengan sendirinya. Dalam kata mutiara Hindu disebutkan slogan “Vasudeva kutumbakam” yang artinya semua mahkluk bersaudara. Dengan penerapan itu niscaya pemberian dan bhakti akan sesuatu akan menjadi suatu yang bernilai pula. Hendaknya jangan memberikan sesuatu dengan adanya sebab, memberi dengan maksud akan mengambil habis, memberi dengan cara pancingan, memberi dengan memikirkan untung maupun ruginya. Memberilah dengan tulus iklas tanpa ada maksud tertentu di balik semua itu. Dengan dasar tali persaudaraan semua beban akan terasa ringan.
            Dengan kepandaian yang berdisiplin pengetahuan membawa seseorang berprilaku bijaksana yang senantiasa menghormati para sarjana sebagai bahan pengkajian, menghormati gurunya sebagai panutan dan pengarah tujuan dan menghormati/menyucikan pendeta sebagai udara segar di dalam debu kotor.




 KAITANNYA KAKAWIN RAMAYANA III. 63 DENGAN UUD 1945, PANCASILA DAN BHINEIKA TUNGGAL IKA DALAM BERBANGSA DAN BERNEGARA
1.      Kaitanya kakawin Ramayana III. 63 dengan UUD 1945
Dalam undang-undang 1945 terdapat pasal-pasal yang menunjang nilai etika dan penerapannya dari kakawin Ramayana III. 63 tersebut diantaranya :
·         Pasal 27 (hukum)
(1) Segala warga negara bersamaan kedudukannya di dalam hukum dan pemerintahan
      dan wajib menjunjung hukum dan pemerintahan itu dengan tidak ada kecualinya.
(2) Tiap-tiap warga negara berhak atas pekerjaan dan penghidupan yang layak bagi
      kemanusiaan.
·         Pasal 28 (kebebasan berpendapat)
Kemerdekaan berserikat dan berkumpul, mengeluarkan pikiran dengan lisan dan tulisan
dan sebaganya ditetapkan dengan undang-undang.
·         Pasal 29 (agama)
 (2) Negara menjamin kemerdekaan tiap-tiap penduduk untuk memeluk agamanya
       masing-masing dan untuk beribadat menurut agamanya dan kepercayaannya itu.
   Pasal 30 (pertahanan negara)
(1) Tiap-tiap warga negara berhak dan wajib ikut serta dalam usaha pembelaan negara.
·         Pasal 31 (pendidikan)
            (1) Tiap-tiap warga negara berhak mendapat pengajaran.
(2) Pemerintah mengusahakan dan menyelenggarakan satu sistem pengajaran nasional,yang diatur dengan undang-undang.
·         Pasal 32 (budaya)
Pemerintah memajukan kebudayaan nasional Indonesia.

  Kaitannya kakawin Ramayana III. 63 dengan Pancasila
Pancasila adalah dasar negara yang terdiri dari 5 (lima) sila. Pancasila sebagai pondasi dari kemajukan beragam suku, agama, ras dan golongan dalam menyangga negara kesatuan rebuplik indonesia.Hubungannya Pancasila dengan kakawin Ramayana III. 63 adalah :
·         Sila ke-5 (dua),yang berbunyi “Kemanusiaan yang adil dan beradab.” dalam hal ini prilaku kebijaksanaan dari pemimpin bangsa adalah bisa memanusiakan manusia, kebijaksanaan akan rayat yang dipimpinnya dengan tidak membeda-bedakan minoritas-mayoritas dan sebagainya.
·         Sila ke-5 (lima), yang berbunyi “Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.” Dalam hal ini kebijaksanaan yang di dapat dari kepatuhan akan pengetahuan dapat memberi rasa adil dan merata kepada seluruh rakyat dan penuh kasih sayang sehingga membawakemajuan, kemaamanan, dan  keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia.


3.      Kaitannya kakawin ramayana III. 63 dengan Bheneika Tunggal Ika
Bheneika tunggal ika dalam kitab sutasoma karangan mpu tantular merupakan semboyan negara Republik Indonesia sangat tinggi nilainya. Berbeda-beda tetap satu jua gambaran kemajukan bangsa indonesia yang terdiri dari beberapa suku, agama, ras, golongan,etnis dan lainnya yang tergabung dalam satu negara kesatuan republik indonesia. Kebijaksanaan dari pengetahuan yang dipatuhi dan penuh kasih sayang kepada sesama dengan tidak menonjolkan perbedaan, bahkan perbedaan adalah warna akan sebuah karya hingga tercipta warna-warni yang serasi. Warna-warni dari kemajemukan suku, agama, ras dan golongan yang ada dapat selaras dan memperkokoh rasa persatuan dan kesatuan antara warga negara untuk keutuhan negara kesatuan republik Indonesia.







KESIMPULAN
            Kedisiplinan akan ilmu pengetahuan membuat seseorang berprilaku bijaksana dan memberikan bhakti cinta kasih kepada sesama tidak melupakan guru dan pendeta, berlaku adil dan senantiayasa menyayangi sesama yang sesuai UUD 1945, Pancasila dan Bheneika Tunggal Ika untuk kemajuan, kesahjetaraan, keadilan dan keutuhan Negara Kesatuan Rakyat Indonesia.
SARAN DAN KRITIK
            Hendaknya seorang pemimpin selalu menjunjung tinggi kebenaran berdasarkan keadilan dan kesetaraan sesama, tidak membeda-bedakan rakyat, tidak melupakan jasa para pendahulu, tidak mementingkan diri sendiri/suku/agama/ras/agama/golongan.

            Senantiasa memberi rasa adil dan kasih sayang dalam setiap tindakan untuk kemajuan, kesejahteraan, keadilan, dan keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar